Tuesday 14 August 2012

Suasana Ramadhan di turki (2012 / 1433)

Alhamdulillah kesan selama puasa di turki tahun ini... panas, gerah, lemes, karena kebetulan ramadhan tahun ini sampai beberapa tahun ke depan jatuh pas musim panas. Apalagi setiap bulan juli-agustus itu biasanya adalah puncak suhu terpanas saat summer session. Minggu awal ketika puasa aja suhunya mulai dari 35 sampe 40 derajat celcius!!! Fuiihhh keringatan terus tiap hari, dan kalau siang hanya diem di rumah kita berani keluar rumah ketika udah magrib ke atas.

Selain panas, jeda waktu dari shubuh/imsak sampai ke iftor/magrib juga cukup lama sekitar 16 jam!!! Soalnya kalau summer matahari nongolnya lebih lama, matahari terbit atau untuk imsak 04.12 dan matahari terbenam untuk iftor (magrib) jam 20.41. Ini jadwal imsakiyah di kota di mana aku tinggal di kota izmir;




Kalau ada pilihan bisa pulang kampung ke indonesia mending pulang deh, soalnya waktu lamanya berpuasa tetap 9 jam setiap hari, walau mungkin beda menit aja. Tapi ada untungnya tinggal di negara 4 musim seperti ini, kalau nanti  meng-qodho puasa bisa di lakukan pas musim dingin (winter) karena magrib cenderung lebih awal sekitar jam 17.00 hehehe :-D.


Trus untuk shalat tarawih, di turki melakukan 23 rakaat tapi dengan bacaan surat yang di lakukan dengan satu tarik nafas. Bisa di bayangkan ketika imam membaca Al Fatihah hanya satu tarikan nafas.... bismillahirrahmanirrahimalhamdulillahirrabilalaminarrahmanirrahimmalikiyaumiddiniyakana'buduwaiyyakanasta'inihdinashirathalmustaqimshirathaladzinaan'amta'alaihimghairilmaghdhubialaihimwaladhallin... amin.


Pas aku shalat tarawih di mesjid deket rumah sempet kaget, ini imam bacanya cepet banget, aku pikir cuman disini aja. Ternyata setelah aku perhatikan hampir semua mesjid di turki bacaan ketika tarawih memang seperti itu dengan irama super duper cepat. Jadinya kebawa pada saat melakukan gerakan shalatpun jadi terbawa cepet juga. Kasian banget para "teyze" atau wanita yang sudah berusia lanjut ketika melakukan gerakan shalat, mereka cukup terengah-engah dan kadang-kadang telat karena cape. Tapi khusus para teyze ini, mereka melakukan shalat dengan duduk di kursi plastik jadi agak ringan ketika mau berdiri lagi.




Nah, untuk malam lailatul qadar atau bahasa turkinya "kedir gecesi", mereka percaya jatuh pada hari ke- 26 ramadhan malam 27 (that is today when I wrote this blog). Setiap hari ke-26 ini masyarakat turki baik itu anak-anak, kawula muda yang gaul, ibu muda yang modis stylish, para teyze yang biasanya jarang ikutan shalat tarawih, pada malam 27 mereka berbondong-bondong ke mesjid untuk memohon doa. Ada yang mendoakan alharhumah ibunya atau ayahnya, ada yang berdoa khusus lainnya, macem-macem. 



Mereka percaya bahwa pada malam Lailatul Qadar yaitu malam ke-27 para malaikat akan turun ke bumi untuk mengabulkan doa manusia yang ada di bumi. Padahal kemuliaan malam Lailatul Qadar lebih dari pada itu kalau mereka tahu. Ketika amalan kita di lipatgandakan, ketika dosa kita yang telah lalu di hapuskan, ketika pintu syurga di bukakan ... siapa yang tidak tergoda untuk berlomba-lomba mendapatkan keberkahan itu.


Yang terakhir setiap kota, area atau wilayah di pelosok Turki, mereka selalu mengadakan kegiatan ifthor atau buka puasa bersama yang di danai oleh pemerintah setempat, organisasi tertentu, atau donatur atau dari sponsor lainnya. Suasana ifthor ini yang sangat berkesan mendalam. Rasa persaudaraan yang begitu kental dan kuat, ketika bertemu dengan orang lain yang baru kita kenal, saling berbagi dan mendoakan satu sama lain... Subhanallah. Bahkan di FB Maherzain memuji kebiasaan masyarakat Turki membagikan makanan untuk ifthor bagi siapa saja yang mau datang dan makan bersama di bulan Ramadhan yang penuh berkah.


Ramadhan ya Kareem... Ya Syahru Ramadhan.

Friday 3 August 2012

Kultur silaturahmi dan rasa kekeluargaan orang Turki

Ada sebuah pelajaran yang ingin aku share di blog ini.. yaitu kultur silaturahmi dan rasa kekeluargaan orang Turki yang luar biasa!!! Apalagi cara mereka menjamu tamu dan memperlakukan tamu... Masya Allah!!! Persis seperti apa yang di ajarkan Rasulullah kepada umatnya, mengagungkan tamu menjadi sebuah keharusan. Dan etika menerima tamu ini sudah mendarah daging dan menjadi kultur sosial di kalangan masyarakat Turki, aku pun banyak belajar dari mereka bagaimana cara menjamu dan mengagungkan tamu. Aku sudah membahas tentang bagaimana menjamu tamu ini sebelumya di postingan yang ini

Bagi diriku pribadi, yang aku rasakan selama ini... rasa kekeluargaan dan silaturahmi orang Turki cukup istimewa dan berbeda seperti orang kita  (khususnya aku yagn agak cuek, baru ngontak orang kalau ada butuhnya :-D). Contohnya ketika seseorang pulang dari tempat kerja jauh dan telah mengabarkan ke teman-temannya,pasti mereka akan marah karena nggak ngasih kabar atau ketemuan. Katanya kalau kita tidak saling kabar mengabari baik secara langsung atau tidak langsung, itu artinya kita tidak menghargai pertemanan kita sama mereka. Apa artinya teman kalau tidak saling memberi kabar satu sama lain. Duh, jadi malu... 

Contoh kecil lainnya dalam hal menyapa kabar atau bahasa turkinya "nasilsin". Hampir setiap hari atau setiap saat kalau kita ketemu dengan tetangga, teman atau pasti yang pertama kali di tanyak adalah "nasilsin", setelah itu akan merembet nanya kabar ibu, bapak, atau suami kita . Mungkin bagi kita itu sekedar basa basi, apalagi kalau keseringan hampir setiap saat akan membuat kita bosan dan membuat kita ambil jalan lain supaya nggak ketemu dengan orang yang kita kenal. 

Tapi bagi mereka, sebuah sapaan "nasilsin" (apa kabar) atau "ne var ne yok" (ada apa aja) yang lebih terdengar sebatas service lips (basa basi) ini sudah menjadi keharusan ketika bertemu dengan setiap orang. Kalau jarang ketemu bisa dibilang wajar menanyakan kabar, tapi ini hampir tiap hari kita ketemu tetep aja nasilsin ga lupa. Bahkan ketika kita bertamu pasti mereka menyambut hangat dan bilang hoşgeldin (selamat datang) dan nasilsiniz (apa kabar). Setelah kita duduk di dalam rumah kita akan mendengar pertanyaan yang sama hoşgeldin dan nasilsin :-).

Ketika menunjukkan rasa cinta kepada sesama anggota keluarga pun selalu di tunjukkan dengan berpelukan dan cium pipi kanan kiri, so touchinggg... Bahkan aku pun melihat sendiri bagaimana suami memeluk dan mencium pipi neneknya yang sudah berusia 80 tahun ke atas. Bahkan sempat bermanja-manja tidur di pangkuan beliau. Begitupun ayah mertuaku yang selalu menanyakan kabar tiap pagi  sama anak-anaknya "ne haber oğlum" pa kabar anaku???. Bentuk perhatian yang tidak seberapa tapi memberikan efek yang merekatkan rasa kekeluargaan satu dengan yang lainnya.



Budaya tolong menolong orang Turkipun ga tanggung-tanggung, mereka selalu menolong secara tuntas. Memang tidak semua orang sama, tapi generally orang Turki selalu memberikan yang terbaik ketika ingin menolong seseorang dan tidak menerima balas jasa. Kalau kita ingin membalas mereka dengan uang, mereka pasti akan marah, karena memang apa yang ingin mereka lakukan itu adalah tulus. Prinsip mereka menolong orang atau mengagungkan tamu adalah berkah untuk kehidupan mereka kelak.

Semoga menjadi pemicu untuk lebih meningkatkan silaturahmi dan mengikat rasa kekeluargaan dengan orang-orang terdekat kita tanpa balas jasa. ^_^